Kita sangat familiar dengan kisah masyhur seorang sahabat Nabi Saw. yang gugur di Perang Uhud, yaitu Mush’ab bin Umair. Syahidnya Mush’ab menjadi pelajaran berharga bahwa tidak ada yang lebih berarti dari kehidupan ini selain menjadi pembela dan pejuang Islam tepercaya.
Mush’ab bin Umair, sang duta Islam sangat berjasa dalam mengembangkan dakwah di Madinah. Perannya dalam Islam terukir secara gemilang sepanjang sejarah.
Di balik prestasinya sebagai pejuang Islam, ada sosok pendamping yang tak kalah tangguh. Ya, dialah Hamnah binti Jahsy, istri sekaligus sosok pemberani yang membersamai suaminya, Mush’ab bin Umair di perang Uhud.
Jika Mush’ab bertugas di garis depan mengangkat senjata, maka Hamnah berada di barisan belakang sebagai perawat prajurit perang Uhud. Tugasnya antara lain untuk memberi minum dan mengobati tentara muslimin yang terluka.
Dari Ashim bin Ubaidillah berkata, “Saya mendengar Muawiyah bin Abdullah bin Ahmad Radhiyallahu Ta’ala Anhu berkata, ‘Saya melihat Hamnah pada perang Uhud memberi minum orang-orang yang haus dan mengobati orang-orang yang terluka.'”
Nasab dan Keluarga
Bernama lengkap Hamnah binti Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mur bin Shabrah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad Al-Asadiyah, ia berasal dari Bani Asad bin Khuzaimah.
Hamnah bersaudara dengan Zainab binti Jahsy, istri Rasulullah Saw. Hamnah juga memiliki hubungan saudara dengan Ummu Habibah, istri Abdurrahman bin ‘Auf, salah seorang sahabat yang tergolong assabiqunal awwalun.
Dengan Rasulullah Saw., Hamnah memiliki ikatan saudara, yakni sepupu. Ibunda Hamnah, Umaimah binti Abdul Muthalib, adalah bibi dari Rasulullah Muhammad Saw.
Memiliki nasab yang dekat dengan Rasulullah Saw. membuat Hamnah termasuk satu perempuan yang berbaiat kepada Rasulullah Saw. Hamnah menikah dengan Mush’ab bin Umair, pemuda cerdas dan pemberani. Dari hasil pernikahan ini, ia dikaruniai seorang putri.
Keluarga Turut Serta dalam Peperangan
Tepat tanggal 7 Syawal tahun ketiga Hijriah, kaum muslimin mengikuti peperangan di Bukit Uhud. Tampil dalam peperangan itu sepasang suami istri, yaitu Mush’ab bin Umair dan istrinya, Hamnah binti Jahsy.
Keduanya boleh jadi memiliki tugas berbeda. Namun, keduanya sama-sama menjadi pembela Islam yang berani dan tangguh. Bersama 13 perempuan lainnya, Hamnah bertugas di belakang pasukan Islam. Yaitu, memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka dari pertempuran lalu mengobati luka tersebut.
Selain Hamnah, dari 14 perempuan tersebut di antaranya ialah putri Rasulullah SAW, Fatimah, istri Ali bin Abi Thalib.
Dalam pasukan kaum muslim, tampak pula saudara laki-laki Hamnah, Abdullah bin Jahsy, dan pamannya, Hamzah bin Abdul Muththalib. Ketika perang mulai berkecamuk, korban luka pun mulai berjatuhan dari kedua belah pihak. Hamnah binti Jahsy bersama relawan perempuan sibuk melakukan tugasnya.
Ketegaran Hamnah
Perang Uhud yang terjadi pada 7 Syawal tahun ketiga Hijriah itu meninggalkan duka yang mendalam bagi kaum muslimin. Rasulullah Saw. terluka parah dan sejumlah sahabat gugur dalam peperangan tersebut.
Disebutkan dalam Tarikh At-Thabari bahwa sewaktu Rasulullah pulang dari perang, beliau ditanya oleh istri para sahabat yang suaminya ikut dalam peperangan. Salah satunya Hamnah binti Jahsy.
Saat itu Hamnah mendapat kabar duka bahwa saudaranya Abdullah bin Jahsy dan pamannya Hamzah bin Abdul Muththalib ikut gugur dalam peperangan.
Tahun penuh duka bagi Hamnah karena saudara, paman, dan suaminya meninggal dalam waktu bersamaan. Hamnah pun bersabar dan rida menerima semua ketetapan yang Allah gariskan untuknya.
Hamnah akhirnya hidup bersama putri satu-satunya. Hingga suatu saat salah satu sahabat, Thalhah bin ‘Ubaidillah, meminangnya. Hamnah pun akhirnya menikah dengan Thalhah dan dikaruniai dua orang putra, Muhammad dan Imran.
Sumber: muslimahnews


